• Sintren

    Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Pemalang. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat, antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.

  • Kabupaten Pemalang

    Kabupaten Pemalang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pemalang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di timur, Kabupaten Purbalingga di selatan, serta Kabupaten Tegal di barat.

  • Pesta Akbar Pameran Pembangunan 2011

    PESTA AKBAR PAMERAN PEMBANGUNAN 2011 Dalam Rangka Hari Jadi Kab. Pemalang Ke-436 (24 Januari 1575-2011) Senin-Rabu, 10-12 Januari 2011 Tempat : Halaman Parkir PEMDA

Sintren di Pemalang


Sintren adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Pemalang. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Barat, antara lain di Pemalang, Pekalongan, Brebes, Banyumas, Kuningan, Cirebon, Indramayu, dan Jatibarang. Kesenian Sintren dikenal juga dengan nama lais. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono.




Pergeseran nilai sosial budaya membuat kesenian ini jarang kita temui lagi di daerah Pemalang.

Kesenian Sintren berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso, akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.

Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan R. Sulandono. Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).

Sintren diperankan seorang gadis yang masih suci, dibantu oleh pawang dengan diiringi gending 6 orang. Dalam perkembangannya tari sintren sebagai hiburan budaya, kemudian dilengkapi dengan penari pendamping dan bodor (lawak).

Dalam permainan kesenian rakyat pun Dewi Lanjar berpengaruh antara lain dalam permainan Sintren, si pawang (dalang) sering mengundang Roh Dewi Lanjar untuk masuk ke dalam permainan Sintren. Bila, roh Dewi Lanjar berhasil diundang, maka penari Sintren akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona.




SUMBER

2 komentar:

Unknown mengatakan...

SAYANG Kesenian sintren ini sekarang jarang sekali tampil, dulu ketika kecil saya sering melihat sintren baik di banjaran taman tempat saya tinggal maupun di desa Jebed ...

obyektif-magazine mengatakan...

Semoga kesenian sintren tidak punah. Harus dijaga oleh generasi yang sekarang, meski kesenian modern sudah melanda. Trims informasinya. Salam kenal dari kami. Kuucapkan selamat dan sukses selalu untuk Anda. Trims.

Salam kompak:
Obyektif Cyber Magazine
(obyektif.com)

Posting Komentar

 
Copyright © Diary Kota Pemalang. Original Concept and Design by My Blogger Themes